Apa itu striktur ureter?

Striktur ureter adalah kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan atau penyumbatan pada ureter, yaitu saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih. Penyempitan ini menghalangi aliran normal urin, yang dapat menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut adalah penjelasan rinci tentang striktur ureter:

Penyebab Striktur Ureter

  1. Trauma atau Cedera
    • Prosedur Medis: Trauma akibat operasi atau prosedur medis seperti pemasangan kateter atau prosedur endoskopi pada saluran kemih dapat menyebabkan striktur ureter.
    • Cedera Fisik: Cedera akibat kecelakaan atau trauma pada area panggul atau perut dapat merusak ureter dan menyebabkan penyempitan.
  2. Infeksi dan Peradangan
    • Infeksi Saluran Kemih (ISK): Infeksi berulang atau kronis pada saluran kemih dapat menyebabkan peradangan dan jaringan parut yang menyempitkan ureter.
    • TBC Ginjal: Infeksi tuberkulosis yang melibatkan ginjal dan saluran kemih dapat menyebabkan striktur ureter.
  3. Kondisi Medis Lainnya
    • Batu Ginjal: Batu ginjal yang besar atau sering dapat menyebabkan kerusakan pada ureter, mengakibatkan striktur.
    • Tumor: Tumor yang menekan ureter, baik itu tumor ginjal, kandung kemih, atau tumor lain di sekitarnya, dapat menyebabkan penyempitan.
    • Fibrosis Retroperitoneal: Kondisi langka di mana jaringan fibrosa berlebih terbentuk di belakang peritoneum (selaput yang melapisi rongga perut), yang dapat menyempitkan ureter.

Gejala Striktur Ureter

Gejala striktur ureter bervariasi tergantung pada tingkat penyempitan dan seberapa parah aliran urin terhalang. Gejala umum meliputi:

  1. Nyeri: Nyeri di sisi tubuh atau punggung bawah yang dapat menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan.
  2. Infeksi Saluran Kemih Berulang: Infeksi yang sering kembali, disertai dengan gejala seperti nyeri saat buang air kecil, urgensi, dan sering buang air kecil.
  3. Hematuria: Adanya darah dalam urin yang dapat terlihat sebagai urin berwarna merah muda, merah, atau cokelat.
  4. Gangguan Aliran Urin: Kesulitan buang air kecil atau aliran urin yang lemah dan terputus-putus.
  5. Hidronefrosis: Pembengkakan ginjal akibat penumpukan urin yang tidak bisa mengalir dengan lancar melalui ureter yang menyempit.

Diagnosis Striktur Ureter

  1. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis:
    • Riwayat medis dan gejala pasien akan dievaluasi oleh dokter, termasuk riwayat infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau prosedur medis sebelumnya.
  2. Tes Pencitraan:
    • Ultrasonografi (USG): Digunakan untuk memvisualisasikan ginjal dan ureter serta mendeteksi adanya hidronefrosis.
    • Urogram Intravena (IVU): Pemeriksaan dengan zat kontras yang membantu menampilkan aliran urin dan mendeteksi penyempitan di ureter.
    • CT Scan atau MRI: Memberikan gambaran rinci tentang struktur ginjal dan ureter, serta membantu mengidentifikasi penyebab penyempitan.
  3. Pielografi Retrograd:
    • Prosedur ini melibatkan injeksi zat kontras langsung ke ureter melalui kateter untuk melihat area penyempitan secara rinci.
  4. Sistoskopi:
    • Penggunaan sistoskopi untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan ureter serta membantu mengidentifikasi penyebab striktur.

Pengobatan Striktur Ureter

Pengobatan striktur ureter bertujuan untuk menghilangkan penyempitan dan mengembalikan aliran urin yang normal. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:

  1. Dilatasi Ureter:
    • Prosedur ini melibatkan peregangan ureter yang menyempit menggunakan balon atau alat khusus lainnya.
  2. Stent Ureter:
    • Pemasangan stent ureter (tabung kecil) untuk menjaga ureter tetap terbuka dan memastikan aliran urin yang lancar.
  3. Pembedahan:
    • Ureteroureterostomi: Menghubungkan bagian ureter yang sehat dengan memotong bagian yang menyempit.
    • Rekonstruksi Ureter: Menggunakan segmen lain dari tubuh, seperti usus, untuk menggantikan bagian ureter yang rusak.
  4. Nephrostomy:
    • Prosedur ini melibatkan pemasangan tabung drainase langsung ke ginjal untuk mengalirkan urin sampai ureter yang menyempit dapat diperbaiki.